๐—ฆ๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐˜ ๐—ง๐—ถ๐—ป๐—ด๐—ด๐—ฎ๐—น ๐——๐—ฒ๐—บ๐—ผ๐—ธ๐—ฟ๐—ฎ๐˜€๐—ถ, ๐—ฆ๐˜‚๐—ฑ๐—ฎ๐—ต ๐—ฆ๐—ฎ๐—ฎ๐˜๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ก๐—ฒ๐—ด๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ ๐— ๐—ฒ๐—บ๐—ฝ๐—ฒ๐—ฟ๐˜€๐—ถ๐—ฎ๐—ฝ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐——๐—ถ๐—ฟ๐—ถ ๐— ๐—ฒ๐—ป๐—ท๐—ฎ๐—ฑ๐—ถ ๐—ฃ๐—ฎ๐˜€๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ž๐˜‚๐—ฎ๐˜ ๐—”๐—ธ๐—ต๐—ถ๐—ฟ ๐—ญ๐—ฎ๐—บ๐—ฎ๐—ป

Pokok Bahasan Dalil “..๐—›๐—ฒ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ธ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ธ๐—ฎ๐—น๐—ถ๐—ฎ๐—ป ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ถ๐—น๐—ถ๐—ต ๐—ฆ๐˜†๐—ฎ๐—บ, ๐—ธ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ ๐—ถ๐—ฎ ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ป๐—ฒ๐—ด๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ ๐—ฝ๐—ถ๐—น๐—ถ๐—ต๐—ฎ๐—ป ๐—”๐—น๐—น๐—ฎ๐—ต…โ€ (HR. Abu Dawud no. 2483)

 

๐—ฃ๐—ฒ๐—ป๐—ฑ๐—ฎ๐—ต๐˜‚๐—น๐˜‚๐—ฎ๐—ป

 

Demokrasi adalah sistem politik ciptaan manusia yang menempatkan kedaulatan di tangan rakyat. Dalam teori, demokrasi menjanjikan partisipasi rakyat, kesetaraan, dan keadilan. Namun, realitas yang terjadi seringkali jauh berbeda. Di Indonesia, demokrasi telah menjelma menjadi ajang perebutan kekuasaan, sarat politik uang, korupsi, dan dominasi elit.

 

Dalam pandangan Islam, kedaulatan bukanlah milik rakyat, melainkan milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata. Umat Islam wajib berhukum dengan hukum Allah dan menjadikan syariat sebagai pedoman hidup. Maka, demokrasi yang menempatkan hukum manusia di atas hukum Allah bertentangan dengan prinsip tauhid dan syariat Islam.

 

Tulisan ini mengkaji penyimpangan demokrasi di Indonesia, membandingkannya dengan cita-cita luhur bangsa dalam UUD 1945, serta menghadirkan solusi Islam berupa penerapan syariat dan penegakan Khilafah. Solusi ini bukan sekadar jalan politik, tetapi juga bagian dari persiapan umat untuk menghadapi tantangan akhir zaman yang telah disampaikan dalam Al-Qurโ€™an dan hadis Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

 

๐Ÿ“‹๐—–๐—ถ๐˜๐—ฎ-๐—–๐—ถ๐˜๐—ฎ ๐—Ÿ๐˜‚๐—ต๐˜‚๐—ฟ ๐—•๐—ฎ๐—ป๐—ด๐˜€๐—ฎ ๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—บ ๐—จ๐—จ๐—— ๐Ÿญ๐Ÿต๐Ÿฐ๐Ÿฑ

 

Pada pmbukaan UUD 1945 alinea ke-4 menegaskan tujuan pemerintah negara Indonesia didirikan yang berbunyi sebagai berikut ini:

 

“…๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฒ๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐˜€๐˜‚๐—ฎ๐˜๐˜‚ ๐—ฃ๐—ฒ๐—บ๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ต ๐—ก๐—ฒ๐—ด๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ ๐—œ๐—ป๐—ฑ๐—ผ๐—ป๐—ฒ๐˜€๐—ถ๐—ฎ yang ๐—บ๐—ฒ๐—น๐—ถ๐—ป๐—ฑ๐˜‚๐—ป๐—ด๐—ถ ๐˜€๐—ฒ๐—ด๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐—ฝ ๐—ฏ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐˜€๐—ฎ ๐—œ๐—ป๐—ฑ๐—ผ๐—ป๐—ฒ๐˜€๐—ถ๐—ฎ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐˜€๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—ฟ๐˜‚๐—ต ๐˜๐˜‚๐—บ๐—ฝ๐—ฎ๐—ต ๐—ฑ๐—ฎ๐—ฟ๐—ฎ๐—ต ๐—œ๐—ป๐—ฑ๐—ผ๐—ป๐—ฒ๐˜€๐—ถ๐—ฎ, ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—บ๐—ฎ๐—ท๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฒ๐˜€๐—ฒ๐—ท๐—ฎ๐—ต๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ฎ๐—ป ๐˜‚๐—บ๐˜‚๐—บ, ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฒ๐—ฟ๐—ฑ๐—ฎ๐˜€๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฒ๐—ต๐—ถ๐—ฑ๐˜‚๐—ฝ๐—ฎ๐—ป ๐—ฏ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐˜€๐—ฎ, ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ถ๐—ธ๐˜‚๐˜ ๐—บ๐—ฒ๐—น๐—ฎ๐—ธ๐˜€๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ธ๐—ฒ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐˜๐—ถ๐—ฏ๐—ฎ๐—ป ๐—ฑ๐˜‚๐—ป๐—ถ๐—ฎ yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial…โ€

 

Namun dalam kenyataan dan fakta hari ini, demokrasi di Indonesia gagal mewujudkan cita-cita luhur tersebut. Alih-alih untuk menghadirkan keadilan sosial, demokrasi justru:

 

๐Ÿ”ปMemicu eksploitasi sumber daya alam secara brutal oleh oligarki.

๐Ÿ”ปMeningkatkan ketimpangan sosial, hukum dan ekonomi.

๐Ÿ”ปMenyuburkan praktik korupsi dan politik transaksional.

๐Ÿ”ปMelemahkan kedaulatan bangsa di hadapan kekuatan asing.

๐Ÿ”ป Menyebabkan negara terjerat dengan jeratan utang riba yang sangat tinggi.

๐Ÿ”ป Meningkatkan kemiskinan dan kebodohan akibat dampak eksploitasi kapitalisme

๐Ÿ”ป Menyebabkan kemerosotan total di segala lini aspek kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.

 

Dengan demikian, demokrasi tidak lagi menjadi jalan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, tetapi justru memperkuat dominasi kapitalisme dan kepentingan elit politik dengan cara-cara penjajahan yang tidak mencerminkan cita-cita luhur bangsa Indonesia

 

๐—ž๐—ฒ๐˜„๐—ฎ๐—ท๐—ถ๐—ฏ๐—ฎ๐—ป ๐˜‚๐—บ๐—ฎ๐˜ ๐—œ๐˜€๐—น๐—ฎ๐—บ ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ฒ๐—ด๐—ฎ๐—ธ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ž๐—ต๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ณ๐—ฎ๐—ต ๐—ฑ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐—ฝ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ต๐˜‚๐—ธ๐˜‚๐—บ-๐—ต๐˜‚๐—ธ๐˜‚๐—บ ๐—”๐—น๐—น๐—ฎ๐—ต ๐—ฆ๐˜‚๐—ฏ๐—ต๐—ฎ๐—ป๐—ฎ๐—ต๐˜‚ ๐—ช๐—ฎ ๐—ง๐—ฎ’๐—ฎ๐—น๐—ฎ

 

Islam memberikan pedoman tegas tentang kewajiban berhukum dengan syariat Allah dan menegakkan kepemimpinan yang satu, yaitu Khilafah.

 

โ—พ Larangan Berhukum dengan Hukum Buatan Manusia

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, โ€œBarangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.โ€

(QS. Al-Maโ€™idah: 44)

 

โ—พKewajiban Mempersiapkan Kekuatan

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, โ€œDan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi…โ€

(QS. Al-Anfal: 60)

 

โ—พKewajiban Adanya Kepemimpinan (Khilafah)

 

โ€œBarangsiapa yang melepaskan tangan dari ketaatan (kepada Imam/Khalifah), maka ia akan bertemu Allah pada hari kiamat tanpa hujjah. Dan barangsiapa mati sedangkan di pundaknya tidak ada baiat (kepada Khalifah), maka matinya dalam keadaan jahiliyah.โ€

(HR. Muslim, no. 1851)

 

โ—พPerintah Menegakkan Persatuan Umat

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, โ€œDan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…โ€

(QS. Ali Imran: 103)

 

โ—พKhalifah sebagai Perisai Umat

 

Rasulullah ๏ทบ bersabda, โ€œImam (Khalifah) adalah perisai, di belakangnya umat berjuang dan berlindung.โ€ (HR. Muslim, no. 1841)

 

โ—พIjmaโ€™ Sahabat tentang Prioritas Khilafah

 

Setelah Rasulullah ๏ทบ wafat, para sahabat segera bermusyawarah untuk memilih Khalifah (Abu Bakar Ash-Shiddiq RA) bahkan sebelum mengurus jenazah beliau. Ini menunjukkan bahwa Khilafah adalah prioritas utama umat. Umar bin Khattab RA berkata:

 

โ€œTidak ada Islam tanpa jamaah, dan tidak ada jamaah tanpa imam, dan tidak ada imam tanpa ketaatan.โ€ (Ibnu Hajar, Al-Imamah wal-Baiโ€™ah)

 

โ—พPasukan Akhir Zaman

 

Nabi Muhammad ๏ทบ bersabda:

โ€œPada akhirnya umat Islam akan menjadi pasukan perang: satu pasukan di Syam, satu pasukan di Yaman, dan satu pasukan lagi di Iraq… Hendaklah kalian memilih Syam, karena ia adalah negeri pilihan Allah…โ€ (HR. Abu Dawud no. 2483; Ahmad 4/110; Al-Hakim; Ibnu Hibban โ€“ shahih)

 

Hadis ini menunjukkan bahwa menjelang akhir zaman, umat Islam dituntut menjadi pasukan yang kuat, terorganisir, dan berada di bawah satu komando kepemimpinan. Transformasi di segala bidang dan sektor akan terjadi secara signifikan yang didasari oleh nilai-nilai keimanan yang mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara terintegrasi dengan tetap tidak menghilangkan kemampuan konvensional sehingga menjadikan negara siap di segala kondisi dan tidak tergantung dengan teknologi saja. Dengan cadangan sumber daya alam yang beragam potensi prioritas global yang melimpah yang digunakan sepenuhnya untuk kepentingan rakyatnya sehingga Jati diri dan identitas bangsa yang selama ini ditutup-tutupi yang sengaja dikerdilkan oleh kepentingan eksploitasi kapitalisme akan segera terbentuk kembali sebagaimana tuntunan dalam syariat Islam untuk menjadikan umat yang kuat dari segala aspek kehidupan.

 

๐——๐—ฒ๐—บ๐—ผ๐—ธ๐—ฟ๐—ฎ๐˜€๐—ถ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ฒ๐—น๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฒ๐—ป๐—ด ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป ๐—ž๐—ฎ๐—ฝ๐—ถ๐˜๐—ฎ๐—น๐—ถ๐˜€๐—บ๐—ฒ

 

โ—พ ๐——๐—ฒ๐—บ๐—ผ๐—ธ๐—ฟ๐—ฎ๐˜€๐—ถ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐— ๐—ฒ๐—น๐—ฒ๐—ป๐—ฐ๐—ฒ๐—ป๐—ด

 

โ›”Dari rakyat untuk elit โ€“ Demokrasi lebih banyak memberi keuntungan pada segelintir elit politik dan ekonomi.

 

โ›”Politik transaksional โ€“ Pemilu berubah menjadi ajang jual beli suara.

 

โ›”Korupsi struktural โ€“ Kekuasaan menjadi alat memperkaya diri, bukan menyejahterakan rakyat.

 

โ›”Dekadensi moral โ€“ Demokrasi sering digunakan untuk melegalkan praktik yang bertentangan dengan syariat, seperti pergaulan bebas, riba, bahkan LGBT dampak dari liberalisasi sekulerisme dan komunisme.

 

โ—พ๐—๐—ฒ๐—ฟ๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป ๐—ž๐—ฎ๐—ฝ๐—ถ๐˜๐—ฎ๐—น๐—ถ๐˜€๐—บ๐—ฒ ๐˜†๐—ฎ๐—ป๐—ด ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป๐—ฐ๐—ฎ๐—บ ๐—ฑ๐˜‚๐—ป๐—ถ๐—ฎ ๐—ฎ๐—ธ๐—ต๐—ถ๐—ฟ๐—ฎ๐˜

 

Kapitalisme global telah menjerat Indonesia melalui utang luar negeri, investasi asing, dan eksploitasi sumber daya yang berdampak kepada:

 

1. Ekonomi nasional bergantung pada kepentingan Aseng dan asing. Rakyat akan jadi sebagai objek dagang dan objek pajak dan trend pada ekonomi kapitalis yang diciptakan.

 

2. Sumber daya alam dikuasai oligarki dan korporasi global. Kerusakan alam dan lingkungan serta penggusuran masyarakat tanpa mengedepankan akan hak keadilan dan berprikemanusian secara konstitusi.

 

3. Pendidikan diarahkan hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar, bukan membentuk generasi yang cerdas, inovatif saintis dan analisis yang beriman seperti pada sistem khilafah sebaimana sejarah mencatat peradaban Islam yang berhasil meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang seperti saat sekarang ini.

 

Akibatnya, umat Islam terpinggirkan dari identitasnya dan menjadi lemah dalam menghadapi tantangan global kebingungan dalam mendapatkan hak dari kekayaan negara akibat monopoli oleh kekuasaan kapitalis dan oligarkinya.

 

๐—ž๐—ฒ๐—ฑ๐—ฎ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป ๐—ฅ๐—ฎ๐—ธ๐˜†๐—ฎ๐˜ ๐˜ƒ๐˜€. ๐—ž๐—ฒ๐—ฑ๐—ฎ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐˜๐—ฎ๐—ป ๐—”๐—น๐—น๐—ฎ๐—ต

 

Dalam demokrasi, kedaulatan berada di tangan rakyat. Namun, dalam praktiknya rakyat tidak benar-benar berdaulat hanya sebagai iming-iming dan janji-janji politik dalam mendapatkan kekuasaannya. Suara rakyat dikendalikan oleh partai politik, elit pemodal, dan pengaruh kekuatan asing yang terus mencengkram.

 

Dalam Islam, kedaulatan hanya milik Allah. Rakyat bukan pembuat hukum, melainkan pelaksana hukum-hukum Allah Subhana Wata’ala. Ulama berperan sebagai pewaris nabi yang membimbing umat untuk terus memahami dan menjalankan hukum-hukum Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mencapai kehidupan dunia dengan selamat agar kehidupan akhirat juga selamat dan tidak mendekam neraka.

 

๐—ž๐—ฒ๐—ฑ๐˜‚๐—ฑ๐˜‚๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—จ๐—น๐—ฎ๐—บ๐—ฎ ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—ถ ๐—ฃ๐—ฒ๐˜„๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ๐˜€ ๐—ก๐—ฎ๐—ฏ๐—ถ

 

โ€œSesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang banyak.โ€ (HR. Abu Dawud, no. 3641; Tirmidzi, no. 2682 โ€“ hasan shahih)

 

๐—ง๐—ฟ๐—ฎ๐—ป๐˜€๐—ณ๐—ผ๐—ฟ๐—บ๐—ฎ๐˜€๐—ถ ๐—ฅ๐—ฒ๐—ฎ๐—น๐—ถ๐˜€๐˜๐—ถ๐˜€ ๐— ๐—ฒ๐—ป๐˜‚๐—ท๐˜‚ ๐—ž๐—ฒ๐—ฝ๐—ฒ๐—บ๐—ถ๐—บ๐—ฝ๐—ถ๐—ป๐—ฎ๐—ป ๐—œ๐˜€๐—น๐—ฎ๐—บ

 

Dengan kepercayaan umat kepada ulama, transformasi menuju sistem Islam dapat diwujudkan secara cepat dan terukur. Ulama berperan sebagai wakil umat dalam menjaga kemurnian hukum-hukum Allah, sementara Khalifah menjadi perisai yang melindungi umat dari ancaman penjajahan dalam negeri maupun dari ancaman eksternal (ancaman penjajahan asing)

 

๐—ฆ๐—ฎ๐—ฎ๐˜๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐—ž๐—ฒ๐—บ๐—ฏ๐—ฎ๐—น๐—ถ ๐—ธ๐—ฒ๐—ฝ๐—ฎ๐—ฑ๐—ฎ ๐—ฆ๐˜†๐—ฎ๐—ฟ๐—ถ๐—ฎ๐˜ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—ž๐—ต๐—ถ๐—น๐—ฎ๐—ณ๐—ฎ๐—ต ๐˜€๐—ฒ๐—ฏ๐—ฎ๐—ด๐—ฎ๐—ถ ๐˜€๐—ผ๐—น๐˜‚๐˜€๐—ถ ๐˜€๐—ฎ๐˜๐˜‚-๐˜€๐—ฎ๐˜๐˜‚๐—ป๐˜†๐—ฎ ๐˜‚๐—ป๐˜๐˜‚๐—ธ ๐—บ๐—ฒ๐˜„๐˜‚๐—ท๐˜‚๐—ฑ๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—ฐ๐—ถ๐˜๐—ฎ-๐—ฐ๐—ถ๐˜๐—ฎ ๐—น๐˜‚๐—ต๐˜‚๐—ฟ ๐—ฏ๐—ฎ๐—ป๐—ด๐˜€๐—ฎ ๐—ฑ๐—ฎ๐—ป ๐—บ๐—ฒ๐—น๐˜‚๐—ฟ๐˜‚๐˜€๐—ธ๐—ฎ๐—ป ๐—”๐—พ๐—ถ๐—ฑ๐—ฎ๐—ต ๐˜‚๐—บ๐—ฎ๐˜ ๐—œ๐˜€๐—น๐—ฎ๐—บ.

 

Untuk mengatasi krisis demokrasi dan mempersiapkan diri menghadapi akhir zaman, Islam menawarkan solusi dengan sistem khilafahnya semenjak diwariskan oleh Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam 1400 tahun silam:

 

1. Syariat sebagai pedoman โ€“ Menjadikan Al-Qurโ€™an dan Sunnah sebagai sumber hukum utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

2. Tauhid murni โ€“ Mengembalikan kedaulatan kepada Allah semata.

 

3. Khilafah sebagai sistem kepemimpinan โ€“ Memersatukan umat, menegakkan hukum Allah, dan melindungi akidah Islam, menjamin keadilan pada seluruh umat.

 

4. Persatuan umat Islam โ€“ Meninggalkan sekularisme, nasionalisme, dan kapitalisme; bersatu di bawah naungan Khilafah.

 

5. Persiapan kekuatan โ€“ Membangun kekuatan spiritual, intelektual, ekonomi, dan militer untuk menghadapi tantangan akhir zaman sebagaimana perintah QS. Al-Anfal: 60.

 

Khilafah bukan sekadar sistem pemerintahan, tetapi institusi yang melindungi umat, memersatukan dunia Islam, dan menjadi benteng terakhir menghadapi fitnah akhir zaman.

 

๐—ž๐—ฒ๐˜€๐—ถ๐—บ๐—ฝ๐˜‚๐—น๐—ฎ๐—ป

 

Demokrasi di Indonesia telah gagal memenuhi cita-cita luhur Pembukaan UUD 1945. Alih-alih menghadirkan keadilan sosial, demokrasi justru melahirkan korupsi, oligarki, dan penindasan ekonomi melalui kapitalisme global.

 

Islam menawarkan jalan keluar yang lebih mulia, yaitu kembali kepada hukum Allah melalui penerapan syariat dan penegakan Khilafah. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam menegaskan:

 

Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam bersabda โ€œBarangsiapa mati sedangkan di pundaknya tidak ada baiat (kepada Khalifah), maka matinya dalam keadaan jahiliyah.โ€

(HR. Muslim no. 1851)

 

Dengan kembali kepada syariat dan Khilafah, umat Islam tentunya akan dapat meraih keadilan sejati, menjaga persatuan, dan mempersiapkan diri menjadi pasukan kuat di akhir zaman sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala lebih mencintai umat muslim yang kuat.

 

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ต๐Ÿ‡ธ

Daftar Pustaka:

1. Al-Qurโ€™an dan as-Sunnah

2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

 

#SelamatTinggalDemokrasi

#NegaraKuatAkhirZaman

#SaatnyaKhilafah

#KhilafahSolusiTuntas

#CitaCitaLuhurBangsa

#FreeIndonesia

#FreePalestina

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *