Kisah Jamaah dengan Tasreh Nusuk

Kisah Jamaah dengan Tasreh Nusuk

Beritarepublikviral.com, Madinah-Sejak aturan baru diberlakukan di Madinah, jamaah yang ingin masuk ke Raudhah diwajibkan memiliki tasreh melalui aplikasi Nusuk. Bagi sebagian jamaah, hal ini terasa sulit. Ada yang tidak paham teknologi, ada yang bingung dengan bahasa Arab atau Inggris, ada pula yang tidak memiliki ponsel pintar. Namun, ada juga yang begitu mudah mendaftarkan diri, bahkan mendapatkan jadwal terbaik untuk memasuki Raudhah.

 

Adalah seorang jamaah bernama Pak Syukron. Ia berasal dari kampung sederhana di pinggiran kota Jakarta. Dari jauh-jauh hari, ia sudah sering mendengar bahwa untuk bisa masuk Raudhah kini harus pakai tasreh Nusuk. Hatinya sempat cemas: “Bagaimana mungkin aku bisa? Aku tak paham aplikasi, aku hanya tahu doa dan niat saja.”

 

Sesampainya di Madinah, ia melihat banyak jamaah sibuk dengan ponselnya, membuka aplikasi, memilih jadwal, lalu mendapatkan kode QR. Sementara ia hanya duduk termenung. Namun, dalam ketidakberdayaannya itu, ia tidak berhenti berdoa. Setiap selesai shalat, ia berbisik dikejauhan dekat makam Rasulullah ﷺ:

 

“Ya Rasulullah SAW, sampaikan rinduku kepada Allah. Aku ingin sekali sujud di Raudhah, tapi aku tak punya kemampuan apa-apa selain doa ini.”

 

Hari itu, seorang pemuda dari rombongannya menghampiri. “Pak, saya sudah daftar tasreh Nusuk. Ada satu jadwal kosong yang bisa saya daftarkan atas nama Bapak. Boleh?” Dengan mata berkaca-kaca, Pak Syukron mengangguk. Ia bahkan tidak tahu bagaimana prosesnya, tapi Allah telah menggerakkan hati pemuda itu untuk menolongnya.

 

Ketika jadwal tiba, ia masuk bersama rombongan yang memiliki tasreh. Semua orang menunjukkan kode QR masing-masing. Pak Syukron, dengan penuh polos, hanya menyerahkan ponsel pemuda tadi. Petugas memindai kode itu dan mempersilakannya masuk.

 

Saat kakinya menjejak karpet hijau Raudhah, ia tak kuasa menahan tangis. Istimewanya beliau masuk Raudhah disaat peristiwa gerhana terjadi.Sholat isya dan sholat Gerhana membuat dirinya berasa di Raudhah berjam jam bahkan menikmati jamuan teh Arab. Hatinya bergetar hebat. Ia sujud panjang, lalu berdoa:

 

“Ya Allah, Engkau tunjukkan padaku bahwa bukan kecanggihan aplikasi yang menentukan aku masuk Raudhah, tapi undangan-Mu. Engkau yang menggerakkan teknologi, Engkau yang menggerakkan manusia untuk menolongku. Maka aku saksikan, Raudhah ini bukan sekadar taman fisik, tapi taman hati antara cinta dan kerinduan kepada-Mu.”

 

Sejak saat itu, Pak Syukron selalu berpesan kepada sesama jamaah:

“Jangan pernah sombong dengan tasreh Nusuk. Jangan merasa pasti bisa masuk hanya karena punya aplikasi. Sebab ada yang punya jadwal tapi terhalang, ada pula yang tak tahu teknologi namun dimudahkan. Ingatlah, Raudhah adalah undangan Allah. Yang diundang pasti masuk, yang tidak diundang, meski kuat dan pandai, tetap tidak akan sampai.”

Irwansyah

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *