Untuk menganalisis siapa Kapolri berikutnya perlu didasarkan pada data ๐ฑ๐ฐ๐ฐ๐ญ ๐ฐ๐ง ๐ณ๐ฆ๐ค๐ณ๐ถ๐ช๐ต๐ด-nya, yang adalah para perwira tinggi (Pati) berpangkat Komisaris Jenderal (Komjen). Komjen itu memiliki bintang tiga di pundaknya.
Ketentuan ini adalah aturan baku di internal Polri. Tidak bisa ditawar-tawar.
Jadi, tidak bisa seorang Pati bintang dua (Irjen) mendadak diangkat ke jabatan Kapolri yang merupakan jabatan bintang empat. Untuk bisa jadi Kapolri, pangkat yang bersangkutan dari Irjen harus dinaikkan terlebih dulu menjadi Komjen.
Harus! Tidak peduli apakah yang bersangkutan baru berpangkat Komjen dalam hitungan jam, atau hari, atau minggu, maupun sudah menyandang pangkat itu selama bertahun-tahun.
Mereka yang menyandang pangkat Komjen saat ini total tersebar di sekitar 25 jabatan. Terbagi ke dalam dua domain: (1)Di lingkungan Mabes Polri dan (2)Di luar lingkungan Mabes Polri.
Yang dianggap lebih prestisius tentu saja jabatan-jabatan yang ada di Mabes Polri, ketimbang yang diluar Mabes Polri.
Yang ๐ฑ๐ถ ๐ ๐ฎ๐ฏ๐ฒ๐ ๐ฃ๐ผ๐น๐ฟ๐ถ ada 9 jabatan bintang tiga: (1)Wakapolri, (2)Irwasum, (3)KaBaharkam, (4)KaBareskrim, (5)KaBaintelkam, (6)KaLemdiklat, (7)DankorBrimob, (8)Astamaops Kapolri dan (9)Astamarena Kapolri.
Sedangkan yang ๐ฑ๐ถ ๐น๐๐ฎ๐ฟ ๐ ๐ฎ๐ฏ๐ฒ๐ ๐ฃ๐ผ๐น๐ฟ๐ถ ada sekitar 15-17 jabatan (berubah-ubah) yang tersebar di berbagai K/L. Misalnya, Ka BNN, Ka BNPT, Sektama Lemhanas, Sekjen Kemendagri, Sekjen Kemenhum, Sekjen KKP, Sekjen DPD-RI, Irut Sekjen DPR-RI, dan seterusnya.
****
Kita tidak pernah tahu pasti siapa yang akan dipilih oleh Presiden Prabowo Subianto sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Listyo. Namun ada dua ๐ฑ๐ฐ๐ช๐ฏ๐ต๐ด ๐ฐ๐ง ๐ข๐ฏ๐ข๐ญ๐บ๐ด๐ช๐ด obyektif yang pasti dijadikan acuan oleh presiden dalam urusan ini.
Pertama, ๐๐ฟ๐ฎ๐ฑ๐ถ๐๐ถ ๐ฟ๐ผ๐๐ฎ๐๐ถ ๐ฎ๐ป๐๐ฎ๐ฟ ๐ฎ๐ป๐ด๐ธ๐ฎ๐๐ฎ๐ป. Utamanya mereka yang dari Akpol, sebab ada juga yang dari Seba Milsuk maupun Sepa Polri/SIPSS, walaupun minoritas banget jumlahnya.
Kalau begitu, kedua, kita fokus saja pada mereka yang dari Akpol, sebab ๐ฏ๐ฒ๐น๐๐บ ๐ฝ๐ฒ๐ฟ๐ป๐ฎ๐ต ๐ฎ๐ฑ๐ฎ ๐๐ฎ๐ฝ๐ผ๐น๐ฟ๐ถ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ป๐ผ๐ป-๐๐ธ๐ฝ๐ผ๐น.
Mari kita bedah soal ini. Patokannya adalah Kapolri Jenderal Listyo sendiri, yang adalah Akpol 91. Faktanya, belum pernah terjadi seorang presiden menunjuk Kapolri yang angkatannya lebih tua/senior dari sang Kapolri petahana.
Mari kita periksa. Kapolri Listyo (91) menggantikan Kapolri Idham Azis (88), yang menggantikan Kapolri Tito Karnavian (87), yang menggantikan Kapolri Badrodin Haiti (82), yang menggantikan Kapolri Sutarman (81), yang menggantikan Kapolri Timur Pradopo (78), yang menggantikan Kapolri Bambang Hendarso (74)โฆ. dan seterusnya.
Apa yang Anda lihat disini? Ada dua fakta. Yaitu, bukan saja (1)๐๐ถ๐ฑ๐ฎ๐ธ ๐ฎ๐ฑ๐ฎ ๐๐ฎ๐๐๐ฝ๐๐ป ๐๐ฎ๐ฝ๐ผ๐น๐ฟ๐ถ ๐ฝ๐ฒ๐๐ฎ๐ต๐ฎ๐ป๐ฎ ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ฑ๐ถ๐ด๐ฎ๐ป๐๐ถ๐ธ๐ฎ๐ป ๐ผ๐น๐ฒ๐ต ๐ฎ๐ป๐ด๐ธ๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐น๐ฒ๐ฏ๐ถ๐ต ๐๐ฒ๐ป๐ถ๐ผ๐ฟ, namun juga (2)๐๐ถ๐ฑ๐ฎ๐ธ ๐ฝ๐ฒ๐ฟ๐ป๐ฎ๐ต ๐ฎ๐ฑ๐ฎ ๐ฑ๐๐ฎ ๐๐ฎ๐ฝ๐ผ๐น๐ฟ๐ถ ๐ฑ๐ฎ๐ฟ๐ถ ๐ฎ๐ป๐ด๐ธ๐ฎ๐๐ฎ๐ป ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐๐ฎ๐บ๐ฎ!
Dan inilah prinsip โurut kacangโ atau rotasi antar Angkatan, yang menjadi tradisi organisasional baik di Polri maupun di TNI. Orang-orang sipil sulit memahami hal ini.
Ada kekuatan ๐ฅ๐ฆ๐ด ๐ญ๐ช๐ฆ๐ฏ๐ด ๐ฅ๐ฆ ๐ง๐ณ๐ข๐ต๐ฆ๐ณ๐ฏ๐ช๐ต๐ฆฬ ๐ฆ๐ต ๐ญโ๐ฆ๐ด๐ฑ๐ณ๐ช๐ต ๐ฅ๐ฆ ๐ค๐ฐ๐ณ๐ฑ๐ด pada masing-masing Akpol, yang pasti mengharapkan salah satu dari mereka bisa mencapai jabatan tertinggi. Menjadi Kapolri itu kebanggaan tersendiri bagi Angkatannya.
Maka, memotong Angkatan, atau kebijakan loncat Angkatan, itu punya konsekuensi organisasional yang panjang. Dan melelahkan bagi internal Polri itu sendiri. Walaupun, kita sudah saksikan sendiri, hal itu terpaksa dilakukan oleh Presiden Jokowi dibalik penunjukkan Tito Karnavian sebagai Kapolri (dan juga Andika Perkasa di posisi KSAD) pada saat itu.
Sejak Tito Karnavian (87) ditunjuk jadi Kapolri menggantikan Badrodin Haiti (82), tidak ada perwira dari Akpol 83, 84, 85 dan 86, yang bisa jadi Kapolri! Sebagai kompensasinya, Jenderal Tito sibuk mengatur rotasi para seniornya di berbagai jabatan bintang tiga.
Tidak bisa, misalnya, Tito seenak jidatnya main tunjuk rekan sesama Akpol 87 jadi Wakapolri atau Kabareskrim.
Hal yang sama juga dialami Kapolri Listyo (91) yang menggantikan Kapolri Idham Azis (88). Penunjukkan ini mengakibatkan Akpol 89 dan Akpol 90 kehilangan peluang menjadi Kapolri!
Konsekuensinya, Listyo juga sibuk meng-urutkacang-kan jabatan-jabatan Komjen bagi para seniornya. Sama seperti yang dilakukan Tito Karnavian sebelumnya.
Memang sebuah dilema simalakama, baik bagi sang penentu (Presiden RI) dan si Kapolri terkait.
****
Dengan paparan ini, sekarang menjadi jelas siapa saja diantara para Komjen dalam ๐ฑ๐ฐ๐ฐ๐ญ ๐ฐ๐ง ๐ณ๐ฆ๐ค๐ณ๐ถ๐ช๐ต๐ด untuk jabatan Kapolri, yang akan duluan dicoret oleh Presiden Prabowo Subianto.
Dari data saya, saat ini rentang Angkatan diantara para Komjen berkisar dari Akpol 89 (paling senior) dan Akpol 94 (paling junior). Rinciannya silahkan lihat table terkait.
Maka para Komjen ๐๐ฎ๐ป๐ด ๐ฎ๐ธ๐ฎ๐ป ๐ฑ๐ถ๐ฐ๐ผ๐ฟ๐ฒ๐ ๐ฑ๐ฎ๐ฟ๐ถ ๐ฑ๐ฎ๐ณ๐๐ฎ๐ฟ ๐ธ๐ฎ๐ป๐ฑ๐ถ๐ฑ๐ฎ๐ ๐๐ฎ๐ฝ๐ผ๐น๐ฟ๐ถ yang akan diusulkan oleh Kompolnas (Komisi Kepolisian Nasional), adalah mereka yang seangkatan dengan Jenderal Listyo (Akpol 91) dan mereka yang lebih senior (Akpol 90 dan 89).
Kenapa begitu? Ingat, faktanya tidak ada satupun Kapolri petahana yang digantikan oleh angkatan yang lebih senior, dan tidak pernah ada dua Kapolri dari angkatan yang sama!
Ini prinsip rotasi antar Angkatan yang dijunjung tinggi di kalangan Polri. Polri harus melangkah ke masa depan, bukan jalan ditempat, apalagi melangkah ke belakang.
Maka rotasi antar Angkatan juga dimaknai sebagai keperluan organisasi Polri untuk melakukan regenerasi terus-menerus demi menjawab tantangan masa depan, bukan tantangan masa lalu.
Lalu Jenderal Listyo sendiri akan dikemanakan oleh Presiden Prabowo?
Sehubungan dengan tuntutan agar dilakukan reformasi di tubuh Polri oleh para tokoh bangsa di GNBโ dan sudah disetujui oleh Presiden Prabowoโ maka saya kira peran Kompolnas menjadi sentral dalam hal ini.
Kompolnas adalah lembaga non-struktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Lembaga ini membantu Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Polri dan memberikan pertimbangan, serta didanai oleh APBN.
Secara ๐ฆ๐น ๐ฐ๐ง๐ง๐ช๐ค๐ช๐ฐ, ketua harian Kompolnas adalah Menkopolkam. Tetapi, saya tidak tahu apakah hal ini juga yang dilihat oleh Presiden Prabowo saat ini. Kita tunggu saja.